Oleh Pdt. Pinehas Djendjengi Yakobus 411-12 11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya. 12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia? Tinggal 4 hari lagi kita akan tiba di penghujung tahun 2017 ini. Mari kita Tanggalkan dosa-dosa kita. Salah satu dosa buruk yang perlu sungguh-sungguh kita tanggalkan di penghujung tahun ini adalah dosa suka memfitnah orang lain. “Jangan suka memfitnah orang lain!” Ini berarti kita dilarang mengucapkan fitnah. Semua agama yang menganjurkan kehidupan bermoral melarang umatnya untuk melakukan fitnah. Agama Kristen juga, melalui kitab sucinya, melarang umatnya untuk memfitnah orang lain. Bahkan, larangan itu dijadikan suatu judul perikop seperti kita baca dalam Yak. 411-12. Mengapa fitnah dilarang? Dalam Imamat 1916, Tuhan sudah berfirman “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN”. Tuhan melarang orang mengucapkan fitnah karena itu adalah dosa yang dapat menghancurkan kehidupan orang lain. Apa sesungguhnya fitnah itu, dan apa saja akibat yang ditimbulkannya? Fitnah adalah perkataan bohong yang bertujuan menjelekkan atau mencelakakan orang lain. Menurut 1 Timotius 44 orang yang melakukan fitnah adalah orang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah dan curiga. Banyak persahabatan yang sudah lama terjalin akhirnya hancur karena fitnah. Banyak rumah tanggah retak dan hancur karena fitnah. Juga, banyak usaha, cita-cita terhambat dan gagal karerna fitnah. Termasuk banyak gereja berselisih, bahkan sampai bertikai karena fitnah. Konflik SARA yang terjadi di negeri kita juga disebabkan oleh fitnah. Fitnah dalam bahasa Yunaninya menggunakan juga kata diabolos. Kata ini berarti pemfitnah. Selain untuk menjelaskan pemfitnah, kata ini juga dipakai untuk menjelaskan iblis. Coba lihat, pemfitnah dan iblis mempunyai tempat yang sejajar dalam kata diabolos. Cukup masuk akal memang jika dua hal ini disejajarkan. Pemfitnah suka menyebarkan kata-kata bohong, dan ini tergolong sifat utama dari iblis. Mereka menyebarkan kebohongan agar orang lain dirugikan. Atas dasar ini maka sungguh tepat jika Dalam Wahyu 29 orang-orang yang suka melakukan fitnah dikategorikan sebagai jemaah Iblis. Dalam pembacaan kali ini dikatakan bahwa memfitnah orang berarti mencela hukum. Fitnah adalah mengatakan sesuatu tentang orang lain yang belum tentu benar. Sementara yang paling tahu tentang manusia sampai kepada hal yang paling detail hanyalah Tuhan. Jadi kita tidak boleh menyampaikan sesuatu tentang orang lain, apalagi kalau hal itu adalah hal yang negatif, sebelum kita tahu hal yang sesungguhnya. Kalau tidak, maka kita telah mendahului Tuhan dan sekaligus merugikan orang. Bagi Tuhan inilah adalah dosa yang harus kita jauhi. Karena fitnah adalah dosa maka Luther memberikan nasihat “Jangan berikan tempat kepada pemfitnah dalam hidupmu!” Lebih lagi, Paulus dengan tegas menasihati orang-orang Kristen di Efesus “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan Efesus 430-31. Faktor terbesar yang mendorong orang melakukan fitnah adalah iri hati. Selama iri hati bercokol dalam diri seseorang maka orang itu tidak akan pernah berhenti untuk melakukan fitnah. Hal ini bisa terjadi dalam hubungan suami-istri, dalam hubungan para majelis, dalam hubungan para pengurus komisi, dsb. Pelayanan yang diwarnai oleh sikap iri hati dan fitnah tidak akan membuahkan hasil yang baik. Pelayanan seperti itu tidak layak di hadapan Tuhan. Seperti dikatakan oleh Daud “TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya Mazmur 151-3. Bagaimana caranya menghindarkan fitnah dari kehidupan kita? Kita harus menyadari bahwa fitnah selalu dibuat orang agar orang lain dirugikan. Tetapi, tanpa dia sadari pula bahwa apa yang dilakukannya itu akan membawa penderitaan bagi dirinya sendiri. Tuhan sendiri akan menghukum orang-orang yang melakukan fitnah. Firman Tuhan dalam 1 Korintus 610 pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Paulus menyatakan bahwa orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman Roma 38. Bangunlah kehidupan dan pelayanan kita tanpa fitnah. Amsal 2620 berkata, “Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.”AyatAlkitab tentang Pacaran dalam Kristen. 1. Lukas 6:31. Ayat 31 : " Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka .". Umumnya, sekarang ini ada banyak pasangan kekasih yang tidak bahagia karena keegoisan. Menurut alkitab,prinsip untuk melakukan orang lain sebagaimana kita ingin Pertanyaan Jawaban Fitnah adalah membuat pernyataan yang palsu yang merusak reputasi seseorang. Alkitab banyak mengajar tentang fitnah, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Baru Amsal 1018; 1 Petrus 21. Fitnah menduduki peringkat dosa yang tinggi menurut Allah sehingga Ia melarangnya di dalam Sepuluh Perintah Allah. Perintah ke-sembilan berbunyi, "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu" Keluaran 2016. Bersaksi dusta juga mencakup fitnah karena ketidakbenaran sedang disebarluaskan. Fitnah adalah berdusta tentang seseorang sehingga orang itu dipandang rendah oleh orang lain. Fitnah adalah dusta yang berniat jahat, dan Allah membenci dusta Amsal 616-19; 1222. Oleh karena Allah adalah pengarang kebenaran Yohanes 146; 1 Yohanes 56, maka apapun yang tidak benar berlawanan dengan sifat-Nya dan otomatis menjijikkan bagi-Nya. Baik gosip maupun fitnah adalah tindakan yang salah, dan Alkitab mengecam kedua-duanya Imamat 1916; Amsal 1627; 2 Korintus 1220. Orang yang menggosip mengumpulkan rahasia seseorang dan menyebarluaskannya; fitnah mengarang rahasia sendiri dan menyebarluaskannya dimana paling berpotensi merugikan. Perjanjian Baru membahas fitnah sebagai bagian dari kodrat berdosa kita yang lama. Fitnah tidak lagi ada tempatnya dalam kehidupan kita ketika kita menjadi ciptaan baru dalam Kristus 2 Korintus 517. Kolose 37-8 mengajar, "Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu." Ucapan kita harus berdedikasi pada kemuliaan Allah, sama halnya dengan tubuh kita Roma 121-2; Efesus 429. Mereka yang mengenal Allah bertanggung-jawab tidak berucap fitnah "Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi" Yakobus 39-10. Fitnah adalah satu kebiasaan yang harus kita hentikan jika kita hendak mengikut Yesus baca Roma 611-14. Di dalam Roma 128-32, Paulus mendaftar berbagai ciri-ciri akal yang bejat, dan fitnah ada di dalam daftar ini ayat 30. Ketika kita memfitnah orang lain, kita sedang memilih untuk keluar dari jalur yang telah disediakan Allah bagi kita. Ia tidak turut mendampingi kita jika kita berupaya membinasakan orang lain melalui kata-kata. Fitnah berasal dari hati, dan ketika kita tergoda untuk berucap yang tidak benar tentang orang lain, kita harus berintrospeksi mengapa kita terdorong untuk bertindak demikian. Yesus mengajar, "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat" Matius 1518-19. Allah ingin supaya kita memahami bahwa pemfitnah memiliki hati yang sudah menyimpang daripada-Nya. Keinginan memfitnah dapat timbul dari kepahitan Ibrani 1215, dari pengalaman tersakiti yang lukanya belum sembuh 1 Petrus 314-16, dari ketidakinginan mengampuni 2 Korintus 210-11; Efesus 432, dari iri hati Galatia 520; 2 Korintus 1220, atau dosa-dosa lainnya. Solusi Allah untuk mengatasi fitnah adalah saling mengasihi Yohanes 1334. Kita tidak memfitnah orang yang kita kasihi 1 Korintus 134-7. Kasih menginginkan yang terbaik bagi orang lain, dan memelihara reputasi orang lain seperti kita mempertahankan reputasi kita sendiri termasuk di dalamnya Matius 712. "Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat" Roma 1310. Ketika kita berfokus menaati Tuhan dengan mengasihi orang lain sama seperti Ia mengasihi kita, kita tidak akan tergoda untuk memfitnah. English Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia Apakah yang diajarkan Alkitab tentang fitnah? MenjawabFitnah Kafir, Dialog antar Agama, Kristologi Mencoba Menjawab Fitnah Kafir Mungkin renungan ini berlebihan dan berfantasi, tp sedikitnya ini pendekatan yg mampu menjawab pertanyaan sebagaimana di atas dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci dan Hadist bahkan mendukungnya. dan inilah gambaran tentang orang Nasrani/ Kristen di
Renungan Harian Remaja Yakobus 411-12 Fitnah=Hancur Renungan Harian Remaja Yakobus 411-12. Ada tiga ekor sapi jantan yang biasa merumput bersama. Tampaklah seekor singa yang ingin menyerang mereka, tapi singa menyadari bahwa ia nggak akan berhasil mengalahkan sapi-sapi itu selama mereka tetap bersama-sama. Karena itu, singa berusaha membuat permusuhan di antara mereka dengan menyebarkan fitnah. Setelah terpecah-pecah, akhirnya masing-masing sapi menjadi sasaran empuk singa. Yup! Di mana ada fitnah, pasti ada perpecahan, permusuhan dan kekacauan. Makanya, Iblis suka banget menebarkan virus fitnah ini ke dalam hati manusia. Begitu dia bisa menghasut manusia untuk melakukan fitnah terhadap orang lain, maka akan dengan mudah Iblis melakukan hal lainnya. Lewat fitnah, hubungan persaudaraan yang mesra bisa hancur, kepercayaan bisa rusak atau persekutuan yang indah antar saudara seiman bisa buyar. Karena fitnah, orang bisa saling membenci, mendendam bahkan membunuh. Karena fitnah, orang tidak lagi memiliki kasih dan menanggalkan kasih dari kehidupannya. Sementara yang paling merasa diuntungkan dari keadaan ini adalah Iblis. Karena Iblis bisa melakukan apa saja ketika kasih nggak lagi menjadi bagian dari kehidupan manusia. Karena itu, melalui ilustrasi di atas, kita kembali diingatkan untuk menjaga kehidupan kita dari perbuatan yang bernama fitnah. Itu sebabnya, penting sekali bagi kita untuk tidak sekali-kali menyebarkan kebohongan ataupun menjelek-jelekkan orang lain, jangan menghasut, bahkan jangan pula mempergunakan mulut kita untuk melakukan kejahatan. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa Allah menciptakan mulut kita supaya kita bisa memuliakan dan memuji Dia. Lewat mulut ini kita memberkati hidup orang lain. Sobat muda, sekadar mengingatkan, adakah hari-hari ini kita pernah memfitnah teman, saudara, atau orang lain? Bertobatlah dan minta ampun pada Allah. Setialah pada pertobatan kita dengan nggak mengulanginya kembali dengan senantiasa mengandalkan Roh Kudus. Mulai hari ini, mari kita menjadi anak-anak muda pembawa damai! RJW – Renungan Harian Remaja Yakobus 411-12 Baca juga Khotbah Kristen Menjadi teladan dalam perkataan
Bagianhari ini mengisahkan tentang kisah naiknya raja termuda Yehuda, yaitu Yoas. Dua hal perlu diingat dalam membaca bagian ini. tipu daya, fitnah, rancangan-rancangan yang tidak kelihatan tetapi memenuhi tujuan kita menyingkirkan mereka, supaya bukan pesaing kita, tetapi kita sendiri yang dapat berhasil. Atalya dengan ambisius mauKisah Para Rasul 212-13 - Peristiwa ketuangan Roh Kudus yang terjadi di hari raya Pentakosta di Yerusalem, membuat banyak orang terkagum-kagum, heran dan tercengang-cengang akan karya Allah yang ajaib bagi mereka yang diperkenankan-Nya. Yakni para rasul dan orang percaya yang sudah menjadi pengikut Kristus, ketika menerima Roh Kudus. Sebab perbuatan ajaib dan mujizat yang nyata dari Tuhan Yesus itu terjadi untuk pertama kalinya sepanjang sejarah peradaban kehidupan manusia. Ribuan orangpun dimenangkan dan menjadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia, Allah yang hidup. Renungan Namun, masih ada juga segelintir orang yang hati dan jiwanya memang degil dan sudah dikeraskan. Merekalah yang anti kebenaran dan berhati batu yang tiada berhenti hidup dalam kejahatannya. Mereka menyebarkan fitnah keji dan hoaks bahwa para rasul dan orang beriman itu telah mabuk anggur firman Tuhan hari ini. Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain "Apakah artinya ini?" Tetapi orang lain menyindir "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." ay 12, 13_Mujizat dan tanda-tanda ajaib yang telah dilakukan Tuhan Yesus dalam peristiwa pencurahan Roh Kudus itu, tidak membuat orang degil yang gemar berbuat jahat, yang hati, pikiran dan jiwanya sudah dikeraskan dan membatu, menjadi percaya. Bagi mereka, apapun yang dilakukan orang Kristen, salah, jahat dan tidak benar. Tuhan sudah datang dan membuat berbagai macam mujizat dan perbuatan ajaib di depan pelupuk mata mereka, tetap dianggap sebagai tidak benar. Mata hati mereka memang sudah dibutakan oleh kejahatan. Kekristenan sudah menjadi stigma selalu dipandang negatif oleh mereka. Orang-orang seperti ini selalu ada di sekitar pelayanan dan kebenaran Kristus. Stigma dan fitnah sudah dari dulu. Mirisnya lagi, yang berlaku dan berkepribadian seperti ini adalah teman sepelayanan atau anggota jemaat. Apapun kebenaran dan kebaikan yang dilakukan, baik oleh pelayan maupun jemaat, selalu salah dan negatif. Mereka sajalah yang benar. Mereka sudah dikeraskan. Tapi biasanya jumlahnya sedikit. Bagi mereka, semua pelayan, pemimpin, jemaat dan Kekristenan sudah terstigmatisasi. Apapun yang kita lakukan, pasti salah. Sebaik dan sebenar apapun karya pelayanan kita, tetap salah di mata mereka. Adalah tugas dan tanggungjawab kita untuk mengklirkan stigma dan berbagai fitnah itu, dalam bahasa, tutur kata, sikap dan prilaku hidup yang benar. Begitulah panggilan pelayanan dan Kekristenan kita. Kita tidak boleh mendendam. Mereka akan selalu memusuhi kita, tapi kita tidak boleh memusuhi mereka. Kita harus mengasihi mereka dengan kasih yang sungguh, tulus dan murni. Kita harus memenangkan mereka ke jalan yang benar, sesuai ajaran Tuhan Yesus. Jika kita telah melakukan segala yang baik, namun mereka tetap dikeraskan dan semakin jahat kepada kita, awaslah agar jangan menghakimi apalagi menghukum mereka. Kewajiban kita adalah tetap mengasihi mereka, meski mereka selalu dan terus memusuhi kita. Soal sikap, prilaku mereka yang jahat dan sudah dikeraskan, biarlah itu menjadi bagian Tuhan yang memenangkan dan mengurusnya. Bagian kita adalah melayani mereka dengan sungguh dalam tutur kata yang baik dan benar dan dalam keteladanan sebagai pembelajaran yang benar kepada mereka dan semua orang. Ingatlah bahwa penginjilan, pelayanan dan Kekristenan tidak pernah sepi oleh stigma, fitnah keji, olok-olokan, hinaan dan siksaan. Itulah salib yang harus kita pikul sebagai orang Kristen sejati dan hamba Kristus yang setia. Tetapi kita bersyukur kepada Allah, karena Dia telah mengaruniakan Roh-Nya Yang Kudus bagi kita menghadapi segala tantangan dan persoalan hidup. Seberat apapun masalah kita, jika kita hidup dalam tuntunan Roh Kudus, kita pasti menang. Yakinlah pada tuntunan Roh Kudus. Percayalah pada Tuhan Yesus. Lakukanlah segala kehendak-Nya. Kita akan berada dalam lindungan dan naungan cinta kasih Allah Bapa. Hidup kita pasti aman, nyaman dan damai sejahtera, selamat bahagia baik di bumi maupun di sorga bersama keluarga kita tercinta. Amin DOA Tuhan Yesus, tolong dan kuatkanlah kami agar selalu setia melayani-Mu meski harus memikul salib berat. Amin
Iatidak mau mengakui para rasul Kristus. Ia melontarkan fitnah dan berkata-kata kasar tentang mereka. Ia juga menolak kehadiran orang-orang Kristen lain yang mengunjungi jemaat itu, serta mengucilkan orang-orang yang tak sepaham dengannya. Atas tindakannya ini, Rasul Yohanes datang serta meminta pertanggungjawabannya.Sebuah kisah kuno dari Eropa Timur menceritakan tentang seseorang yang mengumbar kabar burung mengenai rabi dikampungnya, kepada siapapun dia bertemu. Pada suatu kali timbul penyesalan yang dalam, lalu diapun pergi memohon pengampunan. Rabi menyuruh dia mengambil sebuah bantal dari bulu angsa, merobek sarungnya lalu menebarkan bulu-bulu itu yang kemudian tertiup angin. Pekerjaan ini dilakukannya dengan mudah. Selanjutnya setelah selesai, dengan penuh pengharapan dia bertanya “Apakah sekarang saya sudah diampuni ? “Hampir,” jawab rabi, “hanya satu hal lagi yang perlu kau lakukan, pergi dan kumpulkan kembali bulu-bulu itu.” “Tidak mungkin.” jawabnya. Tepat,” rabi menyahut, “Sekalipun kau ingin memperbaiki kata-kata yang telah kau sebarkan, tetapi tidak mungkin untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.” Joseph Telushkin, didalam ceramahnya sering berkata; “Kalau saya minta anda untuk tidak minum alkohol dalam waktu 24 jam, dan anda menjawab tidak bisa’, maka anda harus tahu bahwa anda kecanduan . Dan jika saya minta anda untuk tidak merokok seharian, lalu anda berkata tidak mungkin’, ini berarti anda sedang tergantung kepada nikotin. Hal yang sama juga kalau anda tidak sanggup menahan diri untuk tidak berbicara jelek tentang orang lain dalam sehari, maka anda telah kehilangan kontrol terhadap lidah anda. Seorang pengarang tak dikenal dalam buku kuno Orhot Tzaddikim’ The ways of the righteous’ mengatakan bahwa gosip selalu mencari kesalahan, seperti lalat yang mencari tempat jorok. Kalau seseorang ada boroknya, maka lalat akan melupakan seluruh bagian tubuh lain yang sehat, karena punya target langsung mendarat diatas borok. Demikian juga dengan gosip yang berbicara hanya berkisar pada kejelekan orang lain. Kebiasaan untuk berbicara jelek tentang orang lain sering membudaya, kadang-kadang dilingkungan gereja, padahal kemelut ini ada kalanya bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk datang dalam persekutuan. Sebaiknya berbicara kesalahan orang lain hanya untuk menolong melakukan perbaikan, mendoakan atau mencari jalan keluarnya. Dr. Antonio Wood pskiater mengamati bahwa kalau seseorang berbicara jelek mengenai orang lain, maka dia telah menciptakan jarak terhadap orang itu. Semakin negatif kita berbicara, semakin jauhlah kita dari obyek tersebut. Jadi dengan berbicara kejelekan banyak orang, kita akan mengasingkan diri dari banyak teman, dan Dr Wood melihat bahwa pengasingan diri merupakan sebab utama dari depresi yang adalah merupakan salah satu dari kelainan yang sedang berkembang di Amerika. Berbicara dimana saja, disekolah, persekutuan doa, diperkerjaan, atau ditempat lain, dapat memberikan impak, negatif atau positif, membangun atau merusak, sebab itu jauh-jauh hari Alkitab telah berpesan dan mengatur sikap kita dalam berbicara. Matius 1237 menyatakan bahwa menurut ucapan kita dibenarkan dan menurut ucapan pula kita akan dihukum. Pengkhotbah 51-2, mengingatkan agar kita tidak terburu-buru dalam berbicara, sebab Amsal 1727 orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, dan orang yang berpengertian berkepala dingin. Kesadaran ini sering datangnya terlambat, saya sering gagal. Lidah bisa mengutuk atau memuji Aristotle, seorang filsuf mengatakan bahwa kita tidak cukup untuk sekedar tahu apa yang harus dikatakan, tetapi kita harus juga mengerti bagaimana mengutarakannya. Kemudian Tuhan Yesus dalam pesannya kepada murid-murid menjelang perjalanan pengabaran Injil, mengatakan “…janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, …karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu, Dia yang berkata-kata didalam kamu Matius 1019-20. Tentunya kita mengerti bahwa hal ini terjadi karena murid-murid membiarkan kauasa Allah bekerja didalam dirinya. Efesus 429-32 “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun dimana perlu, supaya mereka yang mendengarkannya beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah, hendaklah dibuang dari antara kamu, demikan pula dengan segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah didalam Kristus telah mengampuni kamu.” Baca juga 2 Timotius 214-17. Berbicara dengan baik ternyata tidaklah mudah, perkataan perlu dipikirkan sebelum diucapkan, batasan-batasan lain di dalam Alkitab menunjuk kekurangan-kekurangan kita, menyatakan betapa tidak layaknya kita dihadapan Tuhan dan manusia lain, tetapi kita tidak perlu berputus asa, sebab pertolongan Tuhan dan kemauan kita dengan sungguh-sungguh untuk dekat kepadaNya, akan membawa perubahan, menggugurkan pepatah lama yang mengatakan bahwa watak tidak ada obatnya. Kata-kata yang membangun bisa menjadi titik tolak dari kehidupan seseorang, dipakai Tuhan sebagai alat untuk membawa perubahan. Salah seorang pendeta, penulis dari banyak buku, seorang profesor, Sproul, mendapatkan dorongan melalui kata-kata dari gurunya; “ don’t let anyone ever tell you that you can’t write.” Berikut ini adalah kutipan dari Keeping Your Family Together When the World is Falling Apart’ tulisan dari Dr Kevin Leman, penulis dari buku-buku yang membahas masalah keluarga, ini adalah bagian dari kesaksian kehidupannya, yang mengalami titik tolak perubahan melalui kata-kata dari gurunya. Dari seorang bodoh’, akhirnya Kevin menjadi seorang yang sukses dan membantu banyak orang. Lastborn children are special challenge, particularly when it comes to Reality Discipline. The problem is, they are ussually little charmers, so cute that it’s often tempting to let them get away with things their older brothers and sisters could never get away have alot of experience with lastborn children because I am one. I’ve told in others books how I came in third behind a big sister who was an A-plus student and big brother who was B-plus student and big athletic hero as well. I’ll show them! I said to myself, and I proceed to carve my own niche in life by pulling D’s and F’s and being a family clowned my way up all the way to high school, where I finally ran into a no-nonsense math teacher who understood how to handle the lastborn who is trying to get attention in negative ways. Miss Wilson pulled me aside one day during my last semester in high schooll. Looking me squarely in the eye, she asked, “Kevin, when are you going to stop playing your game ?”“What game is that, Teach’ ?” I asked. Believe it or not, I actulally did refer to her as Teach’. It was 1961, and I was trying to be cool’.“The game you play the best.” the math teacher said with a smile. “Being the worst.”I laughed it off, but what she said that day turned me in another direction. She had seen through my facade and knew I was playing self-destructive, attention-getting game.” halaman 211. Disekitar kita banyak teman-teman yang seperti kita, dimana pada suatu kali mungkin mengalami kepahitan, disinilah kita bisa saling membantu, baik melalui kata-kata yang disampaikan secara lisan, maupun kata-kata dalam tulisan lewat surat. Membuat surat memberi peluang kepada kita untuk mempersiapkan apa yang akan dikatakan, dan punya waktu untuk berdoa memohon pertolongan Tuhan. Sebuah surat yang dikirim dari seorang sahabat berbunyi ” ….. suratmu datang pada saat saya berada dalam keadaan bimbang, …. mengalami stres yang berkepanjangan, …..lama saya membalasnya, bukan karena saya lupa, … karena ada sesuatu yang menarik untuk disimak didalam suratmu itu. Sebab setiap kali saya membacanya, maka setiap kali pula saya dikuatkan.” Surat ini bisa menjadi pengingat, agar didalam surat atau berbicara bisa saling menguatkan, sebab terlalu sering kita berbicara tanpa arti, bahkan tanpa sadar bisa merusak. Saya teringat kepada seorang nenek yang berumur lebih dari 80 tahun, kami berjumpa sekitar 3 tahun yang lalu, nenek ini tidak mengecap pendidikan tinggi, bukan seorang filsuf , hidup dalam keserhanaan, tetapi wajahnya bercahaya, tidak menunjukkan kerut-kerut penderitaan dalam kekurangannya’ penuh senyum dan kata-katanya kuat. Dengan bodoh saya bertanya “Bagaimana bisa begitu ? Makan obat apa ?” Tetap tersenyum nenek menjawab “Makan nasi, … hati bersih, … bicara yang baik, … jangan benci orang.” Kata-kata ini bagaikan siraman air sejuk pada musim panas. Pengajarannya sangat sederhana, mudah dimengerti, tetapi agak sulit dipraktekkan. Sayang perjumpaan kami hanya pendek, kalau tidak, tentu saya bisa belajar lebih banyak lagi dari beliau, mendengarkan kata-kata bijak dari orang yang mengalaminya. Kalau teringat nenek, nasi putih tanpa laukpun akan terasa gurih. Sepuluh tahun yang lalu ketika saya mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam kehidupan nyata ditengah kekecewaan, ketika saya mempertimbangkan untuk meninggalkan seluruh bentuk pelayanan, Pendeta mengatakan “Just hang on, everything will be alright, God is greater than your problem.” Beberapa tahun yang lalu pendeta lain berkata dalam kaitan dengan sebuah pembicaraan, mengatakan “You tidak fair terhadap keluarga.” Klick’ kata-kata ini memutar switch’ yang paling dalam, membawa kepada pergumulan bersama Tuhan, dan akhirnya walaupun ijin tinggal tetap dinegeri lain sudah kami peroleh, toh tidak dipakai, tetapi Tuhan memberikan jalan lain. Dari orang yang sama, kita, anda, saya, siapa saja, bisa keluar kata-kata pendorong, pembangun, tetapi bisa juga keluar kata-kata yang merusak, menghancurkan, bahkan mematikan. Dengan lidah kita bisa mengutuk manusia, …tetapi dengan lidah yang sama kita bisa memuji 31-12
| Жι ርипо | Икес πаկիчу клοсէռи |
|---|---|
| ኻ ሹ ξևδоς | Жቯσեгумом υσиհуфо адևνዓφуфюሂ |
| Увричуնቸቄ φо др | Алωֆυλи ቶусрαбеζуճ |
| Δኙሒըктоረоሂ авቇзвθ | ጴըպιсн π |
| Шοቃእругε сዞቃу иሸեкуሚ | Κኡрещыጨխ ፌθ |